MANAGEMENT STOCKPILE
Management
stockpile
adalah proses pengaturan atau prosedur yang terdiri
dari pengaturan kualitas dan prosedur penumpukan batubara di stockpile. Hal ini dilakukan sebagai
upaya agar batubara yang diproduksi dapat dikontrol, baik kualitasnya maupun
kuantitasnya. Selain itu manajemen stockpile
juga dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang mungkin muncul dari proses
handling atau penanganan batubara di stockpile,
seperti hujan, debu saat musim kering, atau swabakar yang disebabkan
terbakarnya batubara di stockpile.
Pengaturan penimbunan batubara sangat penting karena hal ini terkait dengan
masalah pemeliharaan kuantitas dan kualitas batubara yang ditumpuk di stockpile.
a. Desain Stockpile
Desain suatu stockpile akan ditentukan atau
bergantung pada :
a.
Kapasitas volume
batubara yang akan dikelola
b.
Jumlah pengelompokan
kualitas yang akan dijadikan main product
c.
Blending
system yang akan diterapkan
d.
Sistem penumpukan / stacking system yang digunakan
Bentuk bangun atau
dimensi stockpile bermacam-macam, tetapi yang biasa dijumpai adalah bentuk
kerucut dan limas terpancung
b. Syarat Teknis Penimbunan
Dalam pelaksanaan penimbunan dan
pembongkaran yang dilakukan harus dapat dilakukan pengaturan penimbunan atau
pembongkaran yang baik. Hal ini untuk menghindari terjadinya penimbunan yang
melebihi kapasitas penimbunan. Dalam hal ini perlu diperhatikan teknis
penimbunannya, syarat teknis penimbunanantara lain meliputi(Mulyana, 2005) :
1.
Kualitas Batubara
Batubara sebagai salah satu syarat teknis
penimbunan juga harus diperhatikan. Batubara yang berpengaruh sebagai berikut:
a. Batubara yang
Ditimbun Diusahakan Sejenis
Untuk menghindari
terbakarnya batubara kelas lebih tinggi maka untuk setiap satu lokasi
penimbunan digunakan batubara yang sejenis (kelas dan kualitas yang sama). Hal
tersebut dikarenakan batubara kelas lebih rendah lebih mudah dan cepat untuk
terbakar dengan sendirinya, sehingga panas yang dihasilkan oleh batubara kelas
lebih rendah terakumulasi dan mempengaruhi batubara kelas lebih tinggi untuk
terbakar.
b. Ukuran Butir
Ukuran butiran memiliki pengaruh terhadap
timbulnya spontaneous combustion,
ketidakseragaman ukuran butir pada timbunan batubara juga akan memudahkan
batubara mengalami oksidasi. Pada dasarnya semakin besar luas permukaan yang
berhubungan langsung dengan udara luar, semakin cepat proses spontaneous combustion. Sebaliknya
semakin besar ukuran bongkah batubara, semakin lambat proses spontaneous combustion.
2. Desain Permukaan
Dasar Stockpile
Permukaan
dasar dari suatu stockpile harus
dibuat stabil dan dibuat bedding dengan menggunakan material yang cukup kuat
untuk menopang berat tumpukan batubara. Selain itu permukaan dasar stockpile harus dibuat agak cembung agar
drainase pada stockpile lancar. Hal
ini dimaksudkan agar tidak terjadi genangan air yang terjebak di tengah stockpile pada saat hujan. Pada
penumpukan batubara yang menyerupai kerucut, titik berat akan berada di sekitar
pusat lingkaran. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penurunan dasar stockpile3). Perhatikan
ilustrasi gambar di bawah ini:
Apabila
terjadi penurunan dasar stockpile, maka akan menyebabkan air
terjebak dalam cekungan tersebut yang mengakibatkan terjadinya perbedaan humiditas dalam tumpukan batubara
tersebut yang dalam jangka panjang akan memicu terjadinya self heating atau menjadi akselerator
pada saat batubara bagian atas mengalami kenaikan temperatur. Selain itu
cekungan tersebut semakin lama akan semakin dalam dengan kegiatan operasional
di stockpile yang pada akhirnya akan
menimbun sebagian batubara kedalam
tanah.
Pada
saat pengambilan batubara atau reclaiming,
yang dijadikan dasar permukaan adalah level
disekitar pinggiran stockpile
yang belum turun, sehingga pada saat pengambilan batubara di bagian tengah
tumpukan, batubara dalam cekungan yang diakibatkan dari beban batubara tersebut
akan tertinggal dan semakin lama semakin banyak. Apabila hal ini
terjadi maka kita seolah-olah kehilangan batubara pada saat dilakukan
pengukuran stock inventory yang
biasanya diukur secara berkala baik bulanan atau tahunan. Dengan membuat dasar stockpile cukup kuat dan relative
cembung, maka diharapkan kejadian tersebut diatas dapat dicegah.
Setelah
clearing di areal yang akan dijadikan
stockpile, kemudian dilakukan leveling permukaan tanah tersebut.
Setelah itu lakukan penimbunan material keras di atas permukaan tersebut dengan
permukaan cembung atau di bagian tengah menebal. Material bedding tersebut harus dipadatkan lapis per lapis agar permukaan
tersebut benar – benar padat dan keras sehingga sanggup menopang berat batubara
di atasnya.
Setelah
dilakukan bedding dengan material
yang cukup keras, kemudian ditambahkan lagi bedding dengan batubara dengan
mengikuti kontur permukaan bedding pertama, yaitu membentuk permukaan yang
cembung. Penambahan lapisan batubara ini dimaksudkan agar pada saat pengambilan
batubara di stockpile, material bedding tidak terambil. Karena kalau hal
itu terjadi maka akan mengakibatkan terjadinya pengotoran pada batubara
tersebut. Penambahan bedding batubara
juga harus diiringi dengan pemadatan agar permukaan stockpile tersebut tetap stabil dan tahan menopang beban yang cukup
besar tersebut. Tebal bedding batubara
kira-kira 25 cm kompak dalam keadaan padat.
3. Keadaan
Tempat Penimbunan
Keadaan tempat timbunan yang berpengaruh
terhadap syarat teknis penimbunan adalah sebagai berikut:
a. Area Penimbunan yang Bersih
Area
penimbunan batubara harus bebas dari segala material yang mudah terbakar
seperti kayu dan sampah. Selain itu juga harus bebas dari potongan-potongan
logam.
b. Pembuatan Saluran
Air Di Sekeliling Stockpile
Untuk
mengalirkan air yang berasal dari tumpukan batubara baik yang berasal dari air
hujan, maupun yang berasal dari penyemprotan air di sekeliling areal stockpile tersebut harus dibuatkan
paritan atau saluran air yang akhirnya di alirkan ke settling pond atau kolam pengendap. Air yang melewati tumpukan
batubara akan melarutkan batubara halus dari tumpukan batubara, sehingga
partikel batubara yang halus tersebut akan terbawa oleh aliran air.
Oleh
karena itu sebelum air tersebut dialirkan ke sungai, perlu ada pengolahan air stockpile tersebut, atau paling tidak
dibuatkan kolam pengendap. Dengan demikian partikel batubara yang terbawa oleh
aliran air dari stockpile tersebut
tidak mencemari lingkungan khususnya tidak mencemari sungai. Selain settling pond, apabila terbukti dari
pengukuran bahwa air yang berasal dari stockpile
tersebut bersifat asam, maka perlu juga dilakukan netralisasi. Netralisasi air
asam dari batubara dapat menggunakan kapur. Proses netralisasi dilakukan
setelah air tersebut melewati settling
pond, atau dilakukan sebelum air dibuang ke sungai atau ke laut.
c.
Posisi Stockpile
Posisi stockpile harusmemperhatikan arah angin.
Dengan mengetahui arah angin maka posisi stockpile
diusahakan tidak menghadap arah angin terutama pada bagian panjang stockpile sehingga permukaan timbunan
yang diterpa angin semakin kecil yang bertujuan menghindari proses oksidasi
pada timbunan.
d. Sistem
Penumpukan Dan Pola Penimbunan
Sistem
penumpukan batubara harus diatur sedemikian rupa agar segregasi atau pemisahan stock
berdasarkan perbedaan kualitas dapat dilakukan dengan baik, juga tumpukan
tersebut dapat meminimalkan resiko terjadinya pembakaran spontan di stockpile. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara menumpuk batubara memanjang searah dengan arah angin agar permukaan
tumpukan batubara yang menghadap ke arah datangnya angin menjadi kecil
Komentar
Posting Komentar